Rabu, 19 Januari 2011

Menyiapkan Generasi Taqwa

Anak-anak adalah amanah ataupun titipan Allah SWT kepada setiap ayah dan bunda. Bukan sebagai titipan biasa yang hanya menghendaki pemeliharaan, penjagaan, akan tetapi harus dikembangkan, dan akan dimintakan pertanggungjawabannya baik di hadapan Mahkamah Ilahi maupun dalam mahkamah sejarah di dunia ini.
Dalam Al-Quran ditegaskan: "Hai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan itu." (QS.At-Tahrim:6).
Dalam salah satu hadits diterangkan: "Tiap-tiap anak dilahirkan dalam keadaan suci bersih. Ayah bundanyalah yang menjadikan anak itu seorang Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi." (HR.Al Hakim).
Dalam ilmu paedagogie ada satu teori yang disebut Tabularasa teori, yang menyimpulkan bahwa setiap anak yang lahir adalah laksana kertas putih, tergantung sepenuhnya kepada ayah ibundanya untuk mewarnai anak itu: merah, hijau, biru atau lainnya, menurut citra dan kehendak ibu dan bapaknya itu.
Allah SWT bukan saja memerintahkan untuk memelihara (mengembangkan) kehidupan dan kemajuan anak-anak sendiri, akan tetapi sekaligus diberikan petunjuk-petunjuk yang konkrit berdasarkan kisah-kisah, dimana diuraikan garis-garis besar pendidikan apa yang harus diutamakan kepada anak-anak tersebut.
Dalam Al-Quran ada satu surat bernama Surat Luqman, di mana dijelaskan prioritas yang harus diberikan untuk pendidikan anak-anak itu.
Seperti diketahui, Luqmanul Hakim, adalah seorang ahli hikmat zaman purbakala, yang telah berhasil mendidik anak-anaknya sehingga Allah SWT melestarikan hal itu menjadi contoh tauladan.
Dalam Surat Luqman itu antara lain dijabarkan: "Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman supaya bersyukur kepada Allah. Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu memberikan pelajaran kepadanya: "Hai anakku! Janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah itu adalah satu perbuatan zalim yang besar. Dan Kami perintahkan kepada manusia (supaya berbuat baik) kepada ibu-bapaknya." (QS.Luqman:13-14).
Pada ayat yang lain dalam Surat Luqman itu dikatakan lagi: "Hai anakku! Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan kebaikan dan cegahlah (mereka) mengerjakan yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri." (QS.Luqman:17-18).
Dari ayat-ayat tersebut dapat difokuskan 6 point tentang pendidikan anak-anak itu, yakni:

1. Pendidikan Iman
Sejak masa kecil, anak-anak haruslah dididik bahwa ia dan umumnya manusia adalah merupakan obyek, yang diciptakan, sedangkan subyeknya, yang menciptakan ialah Allah SWT. Allah menciptakan manusia memberi hidup dan segala keperluan-keperluan mereka, dengan penjelasan tentu saja yang sesuai dengan kemampuan jiwa dan daya tangkap anak-anak bahwa segala sesuatunya harus dibarengi usaha, ikhtiar. Oleh sebab itu, setiap manusia harus berterimakasih kepada Pemberi nikmat itu. Dalam istilah Islam, terima kasih itu disebut syukur. Ucapan syukur yang singkat lengkap ialah: Alhamdulillah, segala puji untuk/milik Allah. Itulah sebabnya sesudah selesai makan, setiap orang harus mengucapkan Alhamdulillah.

2. Pendidikan Tauhid
Sesudah pendidikan iman itu diberikan pula pendidikan Tauhid, yaitu pemahaman bahwa Allah itu Esa, Tunggal, Mandiri, tidak berkehendak kepada bantuan orang lain. Iman dan Tauhid itu merupakan fondasi bagi satu bangunan. Apabila fondasinya kokoh, terbuat dari beton, maka bangunan itu tidak akan rontok atau runtuh, walaupun digoncang gempa atau angin yang kuat.

3. Pendidikan Akhlak
Anak-anak didik supaya berbuat baik kepada ibu bapaknya, sebagai orang yang paling berjasa kepada mereka. Dituliskan pada sambungan ayat yang bersangkutan, bahwa seorang ibu bersusah payah melahirkan seorang anak, membesarkannya, memeliharanya, sedangkan ayahnya mencarikan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan, dan kemudian menyekolahkannya, setelah anak itu mulai besar.

4. Pendidikan Ibadah
Selanjutnya, setiap anak harus dididik supaya melakukan shalat. Tidak menjadi soal, walaupun pada mulanya tidak hanya mengikuti (ikut-ikutan menirukan) ayah ibunya yang sedang sholat, sehingga lama-kelamaan diharapkan menjadi terbiasa serta menjadi kebutuhan.

5. Pendidikan Sosial
Anak-anak harus dididik sejak dini supaya mulai memikirkan keadaan di sekitarnya. Dia dididik untuk membiasakan diri mengajak orang berbuat kebaikan, dan mencegah berbuat kejahatan. Lama-kelamaan anak itu akan merasakan menjadi makhluk sosial, antara yang satu dengan yang lain saling memerlukan, saling menjaga dan saling bantu-membantu.

6. Pendidikan Jihad di Jalan Allah (menanamkan semangat pantang menyerah dalam menegakkan kebenaran dan membela agama Allah dengan harta, ilmu dan segenap tenaga)
Pada ayat tersebut, disebutkan supaya berlaku sabar; sabar dalam melakukan sesuatu pekerjaan, melalui proses yang wajar, jangan lekas-lekas mencari jalan pintas. Yang penting jangan lekas menyerah kalau menghadapi kesulitan. Umpamanya, jika jatuh ketika berlari, harus segera berdiri kembali. Jangan lekas putus asa. Semua itu termasuk dalam pendidikan jihad, untuk meningkatkan daya juang, daya tahan sebagai bekal kelak di kemudian hari agar meneruskan dakwah Islam, menegakkan agama Allah dengan pantang menyerah mengerahkan semua daya upaya, ilmu, tenaga dan harta demi kemuliaan agama Allah dan kemaslahatan hidup seluruh umat manusia. Akhirnya, pada sambungan ayat tersebut, diulang kembali secara rinci tentang pendidikan akhlak, supaya jangan berlaku sombong, congkak, atau berlaku angkuh (over acting).
Selain dalam Surat Luqman itu, masih banyak lagi surat-surat atau ayat-ayat lainnya dalam Al-Quran yang menggariskan tentang soal pendidikan anak-anak itu. Diantaranya Surat Maryam.
Seperti diketahui, dalam permulaan surat Maryam itu dilukiskan jeritan hati nurani Nabi Zakaria yang terus-menerus memohon, doa kepada Rabbul Jalali (Allah) supaya dianugerahi anak yang diembannya. Dalam usia yang sudah lanjut, Nabi Zakaria masih belum mendapat seorang anak kandung, yang disebutkan dalam Al-Quran dengan istilah qurratu a'yunin (cahaya mata). Permohonan Nabi Zakaria itu akhirnya diperkenankan Allah SWT dengan lahirnya putra beliau yang bernama Yahya, yang dalam kedudukannya juga mendapat posisi dan tugas seperti ayahnya, menjadi pembimbing dan pembina umat (Nabi).
Dalam Surat Maryam itu dirumuskan 7 poin yang merupakan persiapan bagi Yahya untuk menghadapi hari depannya. Persiapan itu diterangkan pada ayat: "Ya Yahya! Berpegang teguhlah kepada Kitab Suci. Dan Kami berikan kepadanya hikmat semenjak masa kanak-kanak. Dan dianugerahkan dari sisi Kami (Allah) rasa belas kasihan yang mendalam, suci dari dosa, dan kemudian (dianugerahi) sifat taqwa. Kemudian berbakti kepada ibu-bapak, dan jangan bersikap sombong dan durhaka." (QS.Maryam:13-14).
Analogi dari ayat tersebut kepada setiap anak mukmin, haruslah dibimbing supaya menjadikan Kitab Suci Al-Quran sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan, sebab Al-Quran merupakan panduan yang menunjukkan jalan kebenaran supaya manusia tidak tersesat dalam kehidupan di dunia ini sampai di akhirat kelak.
Dari berbagai Kitab-Kitab Tafsir dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksudkan dengan perkataan hananan min ladunna (anugerah yang mendalam dari sisi Allah) diantaranya ialah watak menghargai orang tua, sayang kepada yang muda dan peka terhadap perjuangan cita-cita rakyat yang diridhai Ilahi. Sedang yang dimaksudkan dengan suci dalam ayat tersebut, tercakup di dalamnya pemurah (charity), suci (purity), adil (justness), jujur (integrity), dan tulus (honesty). Sesudah itu diiringi dengan pendidikan taqwa, yagn merupakan pusat atau sentral dari semua watak dan sikap mental yang utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar