Sabtu, 17 Desember 2011

MENEGAKKAN YANG HAQ DAN MELENYAPKAN YANG BATIL

"Ya Allah! Tunjukkanlah kepada Kami Al-Haq (kebenaran) itu jelas nampak sebagai Kebenaran, dan karuniakanlah kepada Kami (kemampuan) mengikutinya. Dan tunjukkanlah kepada Kami yang batil itu jelas kelihatan sebagai satu kebatilan, dan karuniakanlah pula kepada kami (kekuatan moral) menjauhinya. Janganlah jadikan hati kami bimbang-bimbang dikuasainya, supaya kami jangan tersesat. Jadikanlah Kami menjadi Pemimpin orang-orang yang taqwa." (Al-Hadist).
Pengertian Al-haq dan batil.Menurut ilmu bahasa, perkataan al-haq itu mempunyai bermacam-macam arti. Diantaranya berarti: kebenaran, kewajiban, kebaikan, kepastian, kepunyaan, kewenangan, penyelidikan, dsb.Adapun pengertiannya menurut istilah tergantung dari sudut dan ilmu apa perkataan itu dilihat. Umpamanya jika dilihat dari sudut ilmu Tauhid, maka yang dimaksudkan dengan Al-haq itu ialah Allah sebagai pemilik Kebenaran, yang menghidupkan dan mematikan, yang menguasai segala sesuatu.Dalam Al-Quran disebutkan:"(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." (QS. Al-Hajj XXII: 62).Jika dipandang dari sudut ilmu lainnya, maka pengertiannya lain pula, meskipun pada pokoknya tidak banyak perbedaannya.Dilihat dari sudut ilmu filsafat, yang dimaksud dengan Al-Haq itu ialah kebenaran yang hakiki, kebaikan dan keindahan. Ahli-ahli ilmu akhlak mengartikan Al-Haq itu dengan dharma, kewajiban. Adapun ahli-ahli hukum mengartikan Haq itu dengan makna milik, kepunyaan.Meskipun bermacam-macam pengertian Al-Haq itu, tapi apabila disimpulkan secara menyeluruh, maka pengertian yang umum tentang Al-Haq itu ialah kebenaran dan nilai-nilai lainnya yang terpuji dan diridhai pada sisi Ilahi.Abdul Aziz Al Khauli menyimpulkan, bahwa meng-Esakan Tuhan, membaca Al-Quran, beramal, mematuhi Rasul, amar makruf nahi munkar, adil terhadap musuh, jujur dalam pergaulan, amanah (jujur), memelihara rahasia dan nilai-nilai lainnya yang terpuji dalam masyarakat, semuanya itu adalah termasuk dalam ruang lingkup pengertian Al-Haq itu. (Islahul Wa'zud Dini, hal 199).Adapun yang dimaksud dengan batil itu ialah kebalikan (lawan) dari Al-Haq. Setiap perbuatan yang dilarang oleh syariah, seperti riba, zina, minuman keras, judi, marah, mencuri, khianat, sumpah palsu, curang, makan harta orang lain & anak yatim, yang dinilai buruk semuanya itu masuk dalam kategori batil. (Al-Bayanul fasil bainal haqqi wal bathii, oleh Fikri, hal 104).PERUMPAMAAN DALAM AL-QURAN.Dalam Al-Quran dijumpai 255 kali kata-kata yang berasal dari pokok kata Al-haqqa itu, sedang kata-kata batil sebanyak 33 kali tersebut dalam Al-Quran. Banyaknya dipergunakan kata-kata al-haq itu dalam Kitab Suci menunjukkan tentang pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam kata-kata tersebut.Dengan menggunakan kata yang bersifat metaphora, Allah SWT melukiskan tentang soal al-haq dan batil itu, sebagai berikut:"Dia (Allah) yang menurunkan air hujan dari langit (awan), kemudian air itu mengalir ke lembah-lembah menurut kodratnya dan terjadilah banjir yang mengandung buih mengambang. Dan dari (benda) yang dibakar dalam api untuk dijadikan perhiasan dan barang-barang keperluan lainnya terdapat pula buih yang serupa. Demikianlah Tuhan membuat perumpamaan tentang Kebenaran (A-Haq) dan kepalsuan (al-bathil). Adapun buih itu akan hilang lenyap sebagai barang yang tak berharga, dan apa yang bermanfaat untuk umat manusia, tinggal tetap di muka bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan." (QS. Ar-Rad XIII: 17).Pada ayat tersebut, sekaligus dicontohkan Tuhan tentang kebenaran dan kebathilan itu.Adapun Kebenaran itu diumpamakan oleh Allah SWT laksana hujan yang turun dari langit kemudian mengalir ke lembah-lembah menjadi sungai-sungai. Setiap sungai mengandung zat air yang memberikan manfaat kepada umat manusia, umpamanya untuk mengairi (irigasi), sawah-sawah, membersihkan kotoran, menjadi air minum, membangkitkan tenaga listrik untuk kepentingan pembangunan, memberikan kehidupan pada ikan dan binatang-binatang air lainnya, dan banyak lagi.Di permukaan air sungai itu terdapat juga buih yang mengambang, yang tidak memberikan manfaat sedikit pun, bahkan akan sirna dan hilang lenyap laksana gelembung-gelembung air sabun. Buih ini diibaratkan laksana kebatilan.Selain dari itu, dilukiskan pula perumpamaan lainnya laksana besi atau bahan logam lainnya yang dibakar dalam api, kemudian dibentuk (diketok) menjadi perhiasan atau alat-alat lainnya (pisau, cangkul, dll) yang bermanfaat. Seperti juga air yang mengandung buih, maka besi atau logam yang dipanaskan itu juga mengandung partikel-partikel gosong hasil percikan yang sama sekali tidak bermanfaat. Jadi, yang benar itu sama dengan air dan logam murni, sementara yang batil itu disamakan (diumpamakan) bagai buih dan partikel gosong (tahi logam).PERTENTANGAN ANTARA AL-HAQ DAN BATIL.Semenjak dunia berkembang, selalu terjadi pertentangan, perjuangan dan konfrontasi antara yang haq dan yang batil. Silih berganti antara keduanya timbul tenggelam, tergantung kepada kondisi, situasi dan kekuatan-kekuatan pada setiap masa. Tetapi sudah menjadi Sunnatullah, bahwa garis akhir (finish) dari perjuangan kedua nilai-nilai itu, kemenangan senantiasa di pihak yang benar (al-haq). Mungkin saja pada suatu ketika atau pada suatu masa (periode) yang tertentu, al-haq itu kalah atau jatuh tersungkur, sedang batil meloncat dan berdiri tegak (seperti pada masa sekarang, dimana negara-negara kafir mendominasi dunia dan menindas kaum muslimin). Tapi biasanya hal itu hanya sementara waktu saja alias temporer.Ada orang yang mengibaratkan kebenaran itu laksana sumbat botol yang dibuat dari kayu gabus. Meskipun kayu gabus itu ditekan dan dibenamkan sekuat-kuatnya ke dalam air, namun sumbat itu hanya akan menghilang sebentar, namun kemudian timbul kembali di permukaan air, sebab secara alamiah, sumbat gabus itu secara kodrati akan selalu mengambang (dan menyebarkan kebenaran). Dalam Al-Quran banyak sekali dijumpai ayat-ayat yang memastikan bahwa kebenaran itu akan tegak berdiri dan kebatilan itu akan roboh lenyap. Allah SWT berfirman:"Dan katakanlah: Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap." (QS. Al-Isra' XVII: 81).PERINTAH MENEGAKKAN KEBENARAN DAN MELENYAPKAN KEBATILAN.Para Nabi telah diutus Allah SWT untuk menyampaikan dan menegakkan kebenaran itu kepada umat manusia dari zaman ke zaman, dan juga untuk melenyapkan kebatilan. Nabi Muhammad sebagai Nabi terakhir menerima tugas tersebut, mewariskan tugas itu pula kepada ummatnya.Banyak ayat-ayat dan Hadist yang memerintahkan yang demikian.Dalam pada itu, antara kebenaran dan kebatilan itu tidak boleh disamar-samarkan dan dicampuradukkan, dan dilarang pula untuk menyembunyikan kebenaran. Dengan tegas Allah SWT menyatakan dalam Al-Quran:"Dan janganlah kamu campuradukkan yang hak dan yang batil, dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu sendiri mengetahuinya." (QS. Al-Baqarah II: 42).Dalam mengomentari ayat ini, maka dapatlah ditafsirkan bahwa walaupun perintah ini pada mulanya ditujukan kepada Bani Israil (orang Israel yang terbukti kafir), namun isinya dapat diserukan pula kepada kaum Muslimin yang atang dari segala lapisan, terutama para pemimpin dan orang-orang yang memegang kekuasaan, sehingga ayat ini seakan-akan mengatakan: Hai orang-orang yang memegang kekuasaan, janganlah kamu campuradukkan antara keadilan dan kezaliman. Hai para hakim, janganlah kamu campuradukkan antara hukum dan suap, hai para pejabat janganlah kamu campuradukkan antara ilmu dan harta, dan seterusnya. Masing-masing bisa menafsirkan sendiri arti ayat ini bagi diri masing-masing agar selalu menjadi pedoman tetap lurus di jalan yang benar yaitu jalan Allah.KEKUATAN MORAL (MORAL FORCE).Batas-batas dan garis-garis antara al-haq dengan batil itu sebetulnya sudah cukup jelas. Banyak orang-orang yang melihat di bawah pelupuk matanya sendiri kebenaran yang diinjak-injak atau diperkosa, kebatilan yang dipupuk dan dibela. Tetapi ia bisu dalam tujuh macam bahasa, tidak mampu dan tidak berani menegur atau mengemukakannya (mungkin takut akan dibungkam oleh kematian seperti yang menimpa aktivis HAK ASASI MANUSIA: MUNIR yang merupakan korban konspirasi politik keji). Sebab-sebabnya ialah karena tidak mempunyai kekuatan moral (moral force), takut menghadapi resiko.Itulah sebabnya, maka Rasulullah menyuruh supaya kita selalu berdoa seperti disebutkan dalam hadist di atas agar kita bukan saja diperlihatkan yang hak sebagai satu kebenaran yang nyata, tapi supaya juga dikaruniakan keberanian dan kemampuan untuk mengikuti dan menegakkan kebenaran. Begitu juga tidak hanya semata-mata minta diperlihatkan kebatilan itu sebagai satu kepalsuan dan kesesatan, tapi supaya digerakkan olehNya agar kita menjauhi kebatilan itu.Selanjutnya kita dianjurkan berdoa agar jangan ragu-ragu atau pun bimbang dalam menegakkan yang hak dan melenyapkan yang batil sesuai dengan firman Allah:"Kebenaran itu dari Tuhanmu. Sebab itu janganlah kamu ragu-ragu." (QS. Ali Imran III: 60).Mengenai hal ini, A. Yusuf Ali memberikan ulasan dalam Tafsir "The Holy Quran": "Kebenaran itu bukanlah satu paksaan yang datang dari pemuka-pemuka agama, bukan pula semacam ketakhayulan dari rakyat banyak. Ia datang dari Tuhan, dan itu wahyu yang langsung datang dari Ilahi, maka tidak boleh dihadapi dengan ragu-ragu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar